Aku sedang menghitung mundur meski kau tak suka. Sejak awal kau tak pernah suka dengan apa yang aku lakukan. Aku tidak tertarik dengan apa pendapatmu. Aku akan tetap menghitung mundur hingga kau benar-benar lalu di hadapanku. Masa bodoh dengan segala ocehanmu. Aku akan tetap menghitung mundur hingga saat itu tiba. Aku tidak pernah keberatan dengan hujan dan badai yang menghalangiku. Aku akan tetap menghitung mundur hingga hari itu tiba, hari ketika kau dengan langkah mantap dan kepala tertegak angkuh berjalan menuju ke gerbang dan aku seperti biasa menatapmu dari jauh sambil menghela napas dan lunglai.
Siapa aku hingga kamu repot-repot mengurusi dan mengomentari segala hal tentang aku?
Kita tidak pernah memiliki apa-apa selain segenggam kenangan yang telah pula kau remukkan dengan semena-mena tanpa ijin dariku tanpa aku sempat menyaksikannya. Bagaimana kau berharap aku dapat tersenyum manis di hadapanmu jika kau sendiri selalu membunuh jiwaku dengan badik beracun di jemarimu.
73...
72...
71...
70...
69...
68...
67...
...
